Sejak dua minggu terakhir, dilaporkan kembali terjadi peningkatan kasus COVID-19 di dunia. Munculnya varian baru COVID-19 dengan nama Delta awalnya berasal dari Inggris dan sudah menyebar ke Eropa, termasuk ke Indonesia. Varian baru COVID-19 “Delta” mulai bertebaran di Jakarta dan sekitarnya. Sebanyak 70 orang terinfeksi varian baru Covid-19 atau variant of concern (VoC) ditemukan pada 987 sampel yang diduga terjangkit mutasi virus baru di Jakarta per tanggal 24 Juni 2021. Kementrian Kesehatan juga memaparkan bahwa varian Delta COVID-19 ini tidak ragu menyerang anak-anak. Ikatan Dokter Anak Jawa Timur mencatat per 14 Juni 2021 yang lalu dilaporkan sebanyak 2.949 anak di Jawa Timur didiagnosis positif COVID-19 dan 24 anak di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Perkembangan penyebaran varian COVID-19 Delta ini kemudian menimbulkan kekhawatiran yang luar biasa pada seluruh orangtua.
Sebagian besar orangtua mengalami kecemasan sejak COVID-19 ini melanda. Dampak dari physical dan social distancing setahun yang lalu masih terus dirasakan, terlebih dalam kondisi penyebaran virus varian baru saat ini. Seluruh kegiatan anak harus dilakukan di rumah saja begitu juga dengan pekerjaan orangtua. Aktivitas fisik anak dan perilaku sedentari anak menjadi sangat intens terjadi di rumah. Penelitian di Kanada yang dilakukan oleh McCormack menemukan bahwa 35,7% dari total sampel 345 orangtua merasa sangat bahkan terlalu cemas dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini. Selama periode ini, sebanyak 75,9% anak-anak tercatat banyak menggunakan gadget untuk mengisi hari-harinya. Hal ini kemudian menunjukkan perilaku sedentari anak-anak meningkat.
Perubahan perilaku anak di masa pandemi covid-19 ini semakin memengaruhi kecemasan yang dialami oleh orangtua. Bagi beberapa orangtua menyebabkan peningkatan serangan panik, penurunan toleransi stres, sulit tidur, lekas marah, sakit kepala dan tubuh, serta kelelahan. Di sisi lain, kondisi saat ini juga dapat menyebabkan peningkatan konflik keluarga atau konflik orang tua, sebagian besar didasarkan pada ketidaksepakatan tentang cara pengasuhan anak selama masa pandemi COVID-19 ini berlangsung. Pada akhirnya kondisi orangtua menjadi kurang optimal untuk membantu anak bertahan dalam masa-masa genting penyebaran varian baru COVID-19 Delta ini.
Demi kesejahteraan psikologis orangtua dan anak maka orangtua perlu memperhatikan diri sendiri terlebih dahulu sebelum membantu anak dalam masa-masa saat ini. Orangtua terlebih dahulu perlu mengalihkan fokus diri pada masa sekarang. Hal ini bertujuan untuk lebih bisa memahami seluruh dinamika perubahan yang sangat cepat terjadi setiap harinya. Selanjutnya, orangtua juga perlu mempraktikkan perawatan diri sendiri baik secara fisik dan psikologis. Hal ini tentu saja bertujuan untuk memberi contoh konkrit kepada anak-anak cara memperhatikan diri sendiri. Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah menetapkan batasan waktu yang jelas antara urusan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Hal ini perlu selalu diterapkan demi menjaga fokus untuk menghadapi masa saat ini.
Setelah orangtua berhasil membantu dirinya sendiri, maka orangtua akan lebih siap dalam membantu anak-anak bertahan menghadapi masa-masa genting penyebaran varian baru COVID-19 Delta ini. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua dalam membantu anak bertahan menghadapi masa-masa genting penyebaran varian baru COVID-19 Delta antara lain:
Sediakan waktu berkualitas untuk Anda dan anak
Berikan waktu Anda minimal 5 sampai 10 menit untuk berbincang dengan anak Anda. Ceritakan dengan jujur dan terbuka tentang apa yang terjadi saat ini secara bertahap. Lebih detilnya gambarkan dengan menarik tentang virus COVID-19 dan dampaknya serta bagaimana cara kita bertahan dalam kondisi saat ini. Perbincangan seperti ini memberikan kesempatan bagi orangtua untuk memberi informasi yang akurat dan juga meningkatkan kedekatan orangtua dengan anak. Apabila hal ini terus menerus dipertahankan, anak tidak akan mudah terpengaruh orang lain karena kepercayaannya pada orangtua sudah terbangun dengan baik.
Buat jadwal harian fleksibel untuk Anda dan anak
Bantu anak Anda untuk membuat daftar aktivitas beserta jadwal istirahat setiap harinya yang disesuaikan dengan kesibukan Anda sebagai orangtua. Lebih detilnya ajak anak Anda untuk menentukan waktu pada masing-masing aktivitas yang ingin dilakukan setiap harinya. Saat terjadi ketidaksesuaian antara jadwal dan aktivitas anak Anda, Anda perlu kembali mengajaknya berdiskusi. Hal ini bertujuan untuk membantu anak Anda belajar bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan setiap harinya. Fleksibilitas Anda dan keterbukaan Anda sebgai orangtua untuk berdiskusi memberikan ruang yang sangat lebar bagi proses perkembangan kepribadian anak Anda.
Sampaikan perilaku yang Anda harapkan dari Anak
Setelah jadwal tersusun, maka Anda perlu secara jujur dan terbuka menyampaikan perilaku apa yang Anda harapkan untuk dilakukan oleh Anak. Pilih dan gunakan kata-kata yang positif saat meminta Anak Anda melakukan suatu perilaku tertentu. Misalnya adalah ”Tolong gunakan masker seperti yang Mama/Papa contohkan ya Nak”. Usahakan untuk meminimalisir penggunaan kata-kata “jangan”, “harus”, dan “tidak boleh” saat meminta anak untuk melakukan sesuatu. Hal ini akan semakin memicu anak untuk melakukan perilaku yang sebaliknya karena kata-kata tersebut diterima oleh otak anak sebagai hal-hal yang negatif.
Berikan pujian pada anak saat anak berperilaku baik
Saat anak Anda menunjukkan perilaku yang Anda harapkan maka cobalah untuk memberikan pujian kepada anak Anda. Anak Anda mungkin tidak menunjukkannya, tetapi Anda akan melihat anak Anda melakukan kembali perilaku baik itu. Hal ini juga akan meyakinkan anak Anda bahwa Anda memperhatikan dan peduli padanya. Apabila hal ini terus menerus dipertahankan, anak tidak akan mudah terpengaruh orang lain karena rasa aman dan nyaman dengan orangtua sudah terbangun dengan baik.
Ingatkan anak saat berperilaku tidak baik
Anda perlu lebih peka dalam mengamati perilaku tidak baik yang dilakukan oleh anak. Hal ini bertujuan supaya Anda dapat mengarahkan anak Anda pada perilaku yang baik. Hindari menggunakan amarah, peringatan keras, bahkan ancaman saat mengingatkan anak Anda. Lebih baik jika Anda mengingatkan anak dengan sesuatu yang menarik atau menyenangkan. Misalnya seperti “Ayo kita main lego setelah kamu selesai makan ya Nak”. Usahakan untuk fokus pada hal-hal yang menarik bagi anak demi mengembalikannya pada perilaku yang baik.
Tetap tenang dan kelola stres Anda
Saat lima langkah sebelumnya mengalami ketidaksesuaian maka bicarakan dengan partner Anda. Berbagilah dengan suami/istri atau siapapun yang Anda percaya saat Anda merasa lelah dan kesepian. Ambil waktu juga untuk mempraktikkan latihan nafas inhale exhale saat Anda merasa stres atau marah. Percayalah bahwa Anda tidak sendiri.
Keenam langkah yang sudah dijelaskan di atas dapat dipraktikkan oleh orangtua dengan anak dari usia 0 sampai 18 tahun. Dan patut diingat para orangtua perlu melakukan penyesuaian dalam pemilihan bahasa serta cara penyampaian kepada anak sesuai dengan ketertarikan dan kepribadian masing-masing.
Selamat berproses dan percayalah kondisi pandemi COVID-19 ini akan segera berakhir.
Penulis
Maria Jane Tienoviani Simanjuntak
Prodi Psikologi – Universitas Pembangunan Jaya
Referensi
- Chen, J & Katzenstein, T. 2020. Managing Parent Anxiety in the Age of COVID-19. https://www.psychologytoday.com/us/blog/resilient-parenting/202006/managing-parent-anxiety-in-the-age-covid-19
- Firmansyah, I. 2021. Varian Delta Jadi Penyebab Terbesar Kasus Baru COVID-19 di Eropa https://lifestyle.sindonews.com/read/465128/155/varian-delta-jadi-penyebab-terbesar-kasus-baru-covid-19-di-eropa-1624518362
- Lemmons, R. 2020. The costs of COVID-19: Parental anxiety syndrome. https://ct.counseling.org/2020/09/the-costs-of-covid-19-parental-anxiety-syndrome/
- McCormack, G.R., Doyle-Baker,P.K., Peterson, J.A., dan Ghoneim, D. 2020. Parent anxiety and perceptions of their child’s physical activity and sedentary behaviour during the COVID-19 pandemic in Canada. Preventive Medicine Reports No. 20, https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2020.101275
- Suminar, A. 2021. IDAI Jatim Catat 24 Anak Meninggal dari 2.949 Anak Terkonfirmasi Covid-19. https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/idai-jatim-catat-24-anak-meninggal-dari-2-949-anak-terkonfirmasi-covid-19/
- Tempo.co. 2021. DKI Temukan 70 Orang Terinfeksi Varian Baru Covid-19, Mutasi Varian Delta Naik. https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/dki-temukan-70-orang-terinfeksi-varian-baru-covid-19-mutasi-varian-delta-naik/ar-AALo4em?ocid=uxbndlbing
- Unicef. 2021. Coronavirus (COVID-19) parenting tips: Expert tips to help you deal with COVID-19 parenting challenges. https://www.unicef.org/coronavirus/covid-19-parenting-tips#6
- Wardhani, A.K. 2021. Kemenkes: Varian Delta Memiliki Kecenderungan Menyerang Anak-anak. https://www.tribunnews.com/corona/2021/06/24/kemenkes-varian-delta-memiliki-kecenderungan-menyerang-anak-anak