Libur sekolah baru saja usai. Para siswa mulai kembali belajar di sekolah. Beberapa waktu lalu, penulis sempat masuk group WhatsApp ibu-ibu di sekolah. Ketika tahun ajaran baru, tiba-tiba group tersebut sangat ramai. Mulai dari meja sekolah berdebu, takut anaknya alergi, sampai jadwal pelajaran dan apa saja yang perlu dibawa ke sekolah. Bahkan ada yang mengantar anak mereka sampai ke kelas. Penulis sampai bingung mengingat bahwa anak-anak ini sudah SMP. Kok malah jadi seperti anak kecil.
Sebagai orang tua, siapa sih yang tidak sayang kepada anaknya. Tapi kapankah kita harus percaya dan membuat anak menjadi mandiri. Pada dasarnya anak belajar mandiri sejak kecil. Mereka bertumbuh dan semakin mandiri dari waktu ke waktu. Mulai dari sangat bergantung pada orang tua, sampai pada akhirnya bisa memegang botol sendiri atau mengambil makanan dari piring mereka. Saat masa kanak-kanak, mereka juga mulai mengembangkan kemandirian dengan mau melakukan sesuatu tanpa dibantu oleh orang dewasa. “ Aku mau sendiri”, hal tersebut kerap diucapkan oleh anak-anak memasuki usia sekolah.
Dalam kondisi saat ini, memang wajar orang tua khawatir mengenai anak mereka. Kekhawatiran yang disebabkan pandemi, kejahatan yang semakin beragam, lingkungan yang padat dan kurang ramah anak dan sebagainya. Orang tua mencoba menjaga anak mereka agar sehat dan aman. Mereka berusaha melindungi anak dari berbagai faktor risiko. Namun patut diingat bahwa anak harus mandiri. Bagaimana mengembangkan kemandirian dan sekaligus tetap menjaga mereka tetap aman?
Sebagai orang tua, kita harus menyadari bahwa seiring dengan perkembangan anak, maka semakin banyak kegiatan dan hal baru yang akan mereka eksplor. Mereka akan pergi berkemah dengan sekolah, mengikuti extrakurikuler tertentu, menginap di rumah teman, mulai bertanya-tanya mengenai pacaran dan masih banyak lagi. Apa yang orang tua terapkan dalam pengasuhan akan mempengaruhi bagaimana anak mengembangkan kemandiriannya, bagaimana mereka berelasi dengan lingkungan sosial dan akhirnya menjadi orang dewasa yang mandiri. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua:
- Bagi anak yang lebih kecil atau prasekolah, mereka bisa diajarkan untuk merapikan mainan sendiri. Mereka juga bisa memilih sendiri apa yang mereka mainkan, apa yang mau mereka baca, bahkan bisa memilih baju yang mereka akan pakai. Bila tidak sesuai, orang tua dapat menjelaskan mengapa perlu diganti. Anak-anak dapat belajar mengambil keputusan kecil sejak dini.
- Lebih fleksibel pada anak. Pada kondisi ini anak dapat mengikuti aturan tertentu, tapi cobalah untuk bisa fleksibel, seperti boleh menonton film lebih lama 10 menit bila memang tidak ada tugas apapun. Pada kondisi lelah, boleh istirahat lebih lama, dll. Anak belajar untuk tetap bertanggung jawab, namun tidak kaku/rigid. Mereka juga tidak takut untuk mengemukakan pendapat atau alasan mereka.
- Berikan pilihan kepada mereka dan jelaskan konsekuensinya. Dalam hal ini anak belajar untuk memilih dan melihat risiko serta konsekuensi yang akan mereka terima. Anak akan belajar untuk bertanggung jawab terhadap pilihan mereka. Aturan tetap harus ada karena anak memang dalam tahapan belajar. Batasan tetap harus diberikan. Misalnya tetap tidak memperbolehkan menonton televisi terlalu dekat karena berisiko terhadap kesehatan mata, atau membiasakan menghabiskan makanan yang mereka pilih.
- Mendukung kemandirian mereka dengan memberikan kesempatan melakukan sendiri aktivitas mereka, seperti mandi, megenakan baju/celana, mengambil minum, dll. Ijinkan anak untuk beraktivitas membantu Anda, seperti membantu membersihkan halaman, memasak, tentu saja dengan aktivitas yang masih dalam batas wajar.
- Mengajarkan anak mengenai risiko lingkungan, dalam hal ini orang tua perlu mendidik anak untuk mengetahui risiko lingkungan, seperti cairan apa yang tidak boleh mereka pegang atau minum, bagaimana menyeberang jalan dan mengapa masih membutuhkan ortu, dll.
- Orang tua dapat mengatur lingkungan sekitar supaya anak bisa mempelajari, misalnya meletakkan pisau di tempat yang sulit dijangkau, menggunakan gelas yang tidak mudah pecah, dll.
- Dengan mengembangkan kemandirian anak, anak akan semakin bertanggung jawab seiring berjalannya waktu. Mereka juga bisa melakukan eskplorasi, belajar mengambil keputusan, belajar merespon lingkungan, bahkan menghargai orang lain. Di sisi lain, orang tua akan melihat anaknya tumbuh dewasa dan mandiri, tidak bergantung pada ortu, asisten rumah tangga. Anak Anda bukan milik Anda semata, hanya titipan dariNya. Tugas kita sebagai orang tua adalah membiarkan anak tumbuh dengan baik menggapai impiannya. Membiarkan anak mencapai yang terbaik dari dirinya.
Penulis:
Clara Moningka
Prodi Psikologi – Universitas Pembangunan Jaya
Referensi: