Beberapa waktu lalu terjadi kasus terorisme dimana polisi menjadi sorotan masyarakat. Menjadi anggota kepolisian memiliki tugas dengan resiko bahaya yang tinggi dan juga beban serta tuntutan yang tinggi pula.
Glasser (dalam Arisona) menyatakan bahwa polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak aspek, sulit, berbahaya dan stressfull. Mereka memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal tersebut merupakan bukan sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan, melihat semakin bertambahnya masyarakat dan maraknya tindak kriminal sampai terorisme yang terjadi. Dengan maraknya tindak kriminal sampai terorisme yang terjadi, maka polisi harus menyelesaikan dan menindak pelaku-pelaku yang melakukan tindak kriminal tersebut.
Hal tersebut berarti ancaman untuk pekerjaan seorang polisi sangat tinggi. Selain tingkat ancaman serta resiko yang tinggi, polrilah satu-satunya unsur birokrasi di negeri ini yang benar-benar bekerja 24 jam per hari dan tujuh hari per minggu tanpa mengenal hari libur maupun cuaca .
Melihat tugas-tugas yang harus mereka lakukan beserta ancaman-ancaman yang akan mereka dapatkan, hal tersebut dapat menimbulkan stres bagi anggota polisi. Rivai (dalam Jum’ati dan Wuswa, 2013) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi individu.
Penelitian yang dilakukan oleh Cooper (dalam Nugrahini, 2014) juga menunjukkan bahwa stres kerja banyak terjadi pada individu dengan latar belakang dibidang pelayanan, yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan dan berkaitan erat dengan masyarakat. Anggota kepolisian merupakan salah satu pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat.
Stres kerja yang dialami oleh anggota kepolisian ini akan mempengaruhi kinerjanya. Jika, seorang polisi mengalami stres kerja, maka akan menunrunkan kinerjanya. Selain berdampak pada kinerjanya, stres kerja yang dialami juga akan berdampak sangat serius. Stres kerja dapat berakibat fatal untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal tersebut dapat mengancam keselamatan anggota polisi itu sendiri maupun keluarga mereka.
Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane (dalam Arisona, 2015) mengemukakan bahwa fenomena anggota kepolisian yang mengalami stres dan berakibat penyalahgunaan senjata api adalah akibat tekanan berat dalam pekerjaan. Terlihat dari, banyaknya kasus di Indonesia mengenai anggota kepolisian yang melakukan tindak kekerasan terhadap keluarganya sendiri. Contohnya adalah kasus tahun 2016 yang dikutip Kompas di mana anggota Brimob (Brigade Mobil) Polda Metro Jaya, Brigadir ACK yang menembak mati istrinya yang kemudian pelaku melakukan upaya bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Dampak negatif lainnya akibat stres kerja yang berkepanjangan yaitu dapat mempengaruhi kesehatan fisik seperti dapat meningkatkan tekanan darah, merusak jaringan otot, diabetes, dan penurunan sistem kekebalan tubuh (Carlson, 2010).
Melihat fatalnya dampak dari stress yang dialami oleh anggota kepolisian di atas, berikut ini hal-hal yang dapat mengurangi stres pekerjaan.
- Berolahraga tidak hanya membuat tubuh kuat dan tahan terhadap efek dari stress, tetapi juga dapat membantu mengurangi level stres di situasi yang memang sangat menimbulkan stres (Aamodt, 2010). Olahraga yang dapat dilakukan yaitu berjalan kaki, berenang, atau berlari.
- Mendapatkan Dukungan Sosial. Memiliki seseorang yang dapat diajak bicara dan bertukar pikiran dapat membantu untuk mengurangi stres. Seseorang yang dapat diajak bicara bisa keluarga atau teman. Karena, kesehatan kita tidak hanya pada apa yang terjadi di dalam tubuh dan pikiran kita, tetapi tergantung pada apa yang terjadi di dalam hubungan kita dengan orang lain (Wade&Tavris, 2008).
- Memanfaatkan Humor. Candaan yang menimbulkan gelak tawa memang terdengar sepele, akan tetapi dengan tertawa dapat mengurangi level stres yang dialami individu. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan bahwa candaan dapat mengurangi stres (Aamodt, 2010). Pertama, candaan dapat membantu memandang situasi stres dengan berbeda. Kedua, dengan mendengar candaan, kita dapat menenangkan emosi kita akibat tekanan dari situasi yang menimbulkan stres. Jika, kita dapat menurunkan emosi akibat tekanan, hal tersebut akan membantu kita untuk berpikir rasional.
Tim Penulis:
Sheila Salihatunnisa dan Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo
Mahasiswa dan Dosen Program Studi Psikologi
Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya
Referensi
- Aamodt, M.G. (2010). Industrial/Organizational Psychology. 6th Ed. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
- Arisona, A.A. (2015). Perbedaan Tingkat Stres kerja antara Anggota Polri Fungsi Reserse dengan Satlantas di Salatiga. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017 dari http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8720/2/T1_802008607_Full%20text.pdf
- Carlson, N.R. (2010). Physiology of Behavior. 10th Ed. Boston: Pearson International Edition.
- Jum’ati, N., & Wuswa, H. (2013). Stres Kerja (Occupational Stres) yang Mempengaruhi Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, Vol: 7, No:2. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=329637&val=7695&title=STRES%20KERJA%20(OCCUPATIONAL%20STRES)%20YANG%20MEMPENGARUHI%20KINERJA%20INDIVIDU%20PADA%20DINAS%20KESEHATAN%20BIDANG%20PENCEGAHAN%20PEMBERANTASAN%20PENYAKIT%20DAN%20PENYEHATAN%20LINGKUNGAN%20(P2P-PL)%20%20DI%20KABUPATEN%20BANGKALAN
- Nugrahini, L. (2014). Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Anggota Polisi di
- Polresta Surakarta. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018 dari http://eprints.ums.ac.id/37720/2/04%20BAB%20%20I.pdf
- Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi. 9th Ed. Jakarta: Erlangga.