Artikel ini akan membahas peristiwa baru-baru ini di Stadion Kanjuruhan, Malang dari sudut pandang ilmu Psikologi Sosial. Sangat disayangkan pada peristiwa Kanjuruhan tersebut, momen yang seharusnya merupakan momen bahagia dan seru berubah menjadi momen yang tragis. Dimulai dari kekalahan suatu tim, berubah menjadi kekacauan yang menimbulkan korban jiwa. Semua orang yang menyaksikan berita mengenai keadaan tersebut merasa marah, kecewa, banyak menyalahkan pihak kepolisisan yang dianggap bermain “kasar”. Tetapi apakah kita menyadari bahwa dalam situasi tertentu, termasuk dalam situasi tersebut kita tidak dapat meremehkan massa. Bagaimana massa dapat mempengaruhi perilaku individu.
Menurut American Psychological Association, psikologi massa sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi emosi yang muncul pada segerombolan orang yang pada dasarnya tidak memiliki karakteristik yang sama, namun menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan. Dalam peristiwa kerusuhan yang terjadi, individu bisa saja tidak saling mengenal satu sama lain dan tidak berinteraksi dengan intens, namun pada akhirnya mereka bergerak bersama untuk melakukan sesuatu. Dinamika ini terjadi, karena dalam massa, mereka merasa memiliki tujuan yang sama dan kehilangan identitas sebagai individu. Proses ini juga berlaku pada situasi tawuran atau kerusuhan, di mana individu bisa saja tidak berinteraksi intens, namun merasa sebagai bagian dari kelompok tertentu dan melakukan perilaku atas dasar kelompok. Dalam hal ini massa akan bergerak atas dasar emosi. Kelompok ataupun massa akan mengalami keseruan berada dalam ruang lingkup yang lebih besar dari dirinya. Bayangkan diri Anda menonton konser seorang diri tanpa ada penonton lain. Situasi emosi yang ada pasti berbeda. Kita akan lebih berani berteriak, bernyanyi bersama ketika berada dalam kelompok dibandingkan dengan ketika kita seorang diri. Dalam situasi ini kita akan melupakan batasan-batasan normal dan identitas individu; malah responsif terhadap norma kelompok. Hal ini yang kemudian disebut deindividualisasi.
Deindividualisasi merupakan kondisi ketika seorang individu mengalami penurunan kesadaran atas batasan ataupun standar normal dalam berperilaku akibat berada di antara kerumunan. Ketika seorang individu menjadi bagian dari suatu kelompok atau massa, mereka cenderung bertindak serta berperilaku sesuai dengan norma kelompoknya. Misalnya dalam konteks ini terdapat sekelompok massa merasa tidak puas dengan kekalahan tim favoritnya sehingga mereka meluapkan kekecewaannya dengan merusak fasilitas umum. Hal tersebut merupakan kekerasan kolektif di mana sekelompok individu melakukan bentuk kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu
Selain itu, konformitas menjadi salah satu alasan seorang individu bertindak seperti demikian walaupun tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Melalui konformitas, seorang individu dapat menunjukkan keberadaan dirinya dalam suatu kelompok sehingga mereka memperoleh identitas sosialnya serta memperoleh dukungan emosional.
Berada bagian dari suatu kerumunan tanpa disadari mempengaruhi bagaimana kita bertingkah laku. Kejadian yang terjadi di stadion Kanjuruhan, Malang membuktikan peran massa yang memicu deindividualisasi. Pentingnya penekanan norma positif dalam suatu kelompok menjadi kunci utama untuk meminimalisir tindakan agresif yang dapat mencelakai diri sendiri maupun anggota kelompok lainnya.
Tim Penulis:
Clara Moningka & Annisa Windi Soewastika
Program Studi Psikologi – Universitas Pembangunan Jaya
Referensi
- Psikologi Massa: https://dictionary.apa.org/mass-psychology
- Myers, D.G. and Twenge, J.M. (2016) Social Psychology. 12th Edition, McGraw-Hill, New York. https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/referencespapers.aspx?referenceid=2129206
- Moningka, C. (2019). Model teori kesejahteraan subjektif dengan predictor persepsi terhadap perubahan sosial, deprivais relative temporal, dan identitas sosial: Studi pada warga Jakarta. Universitas Gunadarma.
- Moningka, C., Hafiz, S. el, Nauly, M., Abdan, M., Reza, M., & Joevarian. (2018). Psikologi Sosial: pengantar dalam teori dan penelitian (M. N. Milla, Ardinigtyas, & Zainal, Eds.). Salemba Humanika.
- Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2020). Psikologi sosial. Salemba Humanika.