Tahun ini adalah tahun yang cukup menggembirakan. Pemerintah mulai mencabut kebijakan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan kita dapat bepergian dengan lebih bebas termasuk untuk mudik. Mudik sendiri berasal dari Bahasa melayu “udik” yang artinya ujung. Masyarakat Melayu di jaman dahulu sering bepergian dari ujung (hulu) ke hilir untuk aktivitas lain. Pada akhirnya istilah tersebut menjadi familiar sebagai pulang kampung atau kembali ke desa, kampung atau udik.
Mudik di Indonesia merupakan ritual yang dilakukan setiap tahun, khususnya saat libur Lebaran. Periode ini merupakan periode yang ditunggu. Orang menabung dan mempergunakan THR mereka untuk mudik dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Ada yang bertanya-tanya, mengapa mudik menjadi ritual penting. Mengapa orang-orang mau berbondong-bondong pulang kampung dalam situasi macet dan melelahkan. Larangan mudik saat pandemi lampau, menyebabkan orang malah merasa sedih dan kalah. Bisa saja hal tersebut karena mereka tidak bisa kembali ke kampung untuk merayakan hari kemenangan. Di satu sisi juga ada kesedihan karena mereka tidak bisa bertemu sanak saudara dengan bebas. Kemenangan dalam kebahagiaan bukan karena suatu pertandingan, tapi bagaimana ritual ini menjadi tanda bagi orang-orang bahwa mereka “pulang” membawa sesuatu dan mau membahagiakan keluarga. Mudik bukan tanda kemiskinan, namun tanda dari kemakmuran. Saat mudik orang malah membawa banyak barang dan membeli banyak hal untuk keluarganya. Dalam hal ini mudik juga memiliki fungsi memajukan ekonomi, dan juga merupakan tanda kemakmuran.
Selain berhubungan dengan ekonomi, mudik sendiri merupakan bagian dari keberakaran; bagaimana individu merasa bagian dari daerah atau budaya asalnya. Mereka merasa “terikat” dan kembali kesana. Dalam hal ini mudik juga memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu relasi dan eksistensi. Kebutuhan manusia berelasi dan dianggap ada merupakan hal penting. Mudik membawa arti baru dalam relasi. Relasi baru bisa terbentuk karena proses mudik. Di samping itu pemudik juga memulihkan relasi lama dengan kerabat di tempat asalnya. Mudik bagi banyak orang adalah proses “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Proses mudik mungkin merepotkan, tapi juga membawa kebahagiaan. Momen libur panjang dan membawa hasil kerja yang dinanti banyak orang adalah hal yang membahagiakan. Setelah sampai, segala jerih lelah bekerja dan proses mudik mendadak lenyap. Yang tersisa adalah bahagia, bangga, lega. Terikat lagi dengan komunitas yang membesarkan dan merindukan mereka. Selamat menikmati mudik dengan bahagia!
Referensi
https://www.kompas.id/baca/artikel-opini/2022/04/22/lebaran-ini-saya-harus-pulang
https://www.unpad.ac.id/en/2016/06/mudik-perlu-dilestarikan-keuntungan-sosialnya-lebih-besar-daripada-biaya-sosial/