Memasak kini menjadi bagian dari budaya populer keseharian. Televisi menayangkan beraneka program memasak baik untuk dewasa maupun anak – baik laki-laki maupun perempuan. Sebetulnya apa manfaat memasak untuk anak?
Keterampilan Numerik: Tambahkan 2 sendok gula ke dalam adonan, peras ¼ lemon ke dalam cangkir, panggang kentang selama 30 menit, bagilah tumpukan keju parut untuk 3 kali taburan di atas lapisan lasagna. Secara aplikatif, anak belajar tentang angka dan penerapannya. Operasi matematika seperti penambahan pengurangan perkalian dan pembagian dipelajari oleh anak dengan gembira dalam suasana menyenangkan.
Keterampilan Verbal: Apa itu merebus dan mengkukus? Apa persamaan dan perbedaan pokcay dan kailan? Mana yang lebih enak, chocolate cookies atau chocolate lava cake – dan mengapa kamu berpendapat demikian? Bagaimana langkah demi langkah menghias cupcakes? Di dapur, ayah dan bunda dapat memperkenalkan kata-kata baru kepada si kecil.
Logika Sebab Akibat: Apabila langkah yang dilakukan sesuai dengan resep, maka apa yang terjadi? Wah, mengapa kok ternyata masakan gosong? Apakah ada langkah yang terlewat? Jangan-jangan aku salah dalam menimbang bahan-bahan? Lewat memasak, anak belajar tentang sistematika berpikir, menguraikan langkah dan urutan kejadian, berpikir reflektif serta menarik hikmah serta mengamati langsung rangkaian sebab akibat dari perbuatannya.
Kepercayaan Diri: Pandangan mata berbinar ayah bunda saat anak berhasil menyajikan masakan, komentar hangat kepada sang anak tentang betapa enaknya masakan tersebut serta antusiasme orang tua memotret hasil masakan untuk dibagikan ke keluarga besar, termasuk licinnya piring ayah dan bunda karena masakan tandas disantap punya dampak besar pada rasa percaya diri si anak. Di masa depan, bekal rasa percaya diri ini bahkan dapat terus dikembangkan menjadi salah satu pilihan karir mendatang.
Memasak juga baik untuk anak di rentang usia yang lebih tinggi yaitu usia sekolah. Anak belajar mengurutkan langkah-langkah mempersiapkan masakan, anak belajar klasifikasi dengan mengidentifikasi bahan, juga memahami konsep reversibility – yakni bahwa jumlah atau bahan dapat diubah kembali ke keadaan semula. Secara sosial, anak belajar bangga akan prestasi dan kerja kerasnya membangun rasa aman dan tak lagi bingung tentang diri sendiri maupun masa depan. Memasak membuat anak belajar menyusun rencana, menghitung bahan dan lamanya waktu, mengembangkan kemandirian dan merasa percaya diri.
Berikut tips praktis agar pengalaman memasak bersama menjadi lebih menyenangkan:
- Cermati tingkat kesulitan masalah: Pilihlah resep yang mudah atau yang sudah pernah ayah dan ibu buat agar tidak sulit diikuti oleh anak dan menghindari kejutan-kejutan yang mengagetkan.
- Belanja bersama: Sebelum mulai memasak, orang tua dan anak dapat berbelanja bersama untuk memastikan bahwa semua bahan tersedia.
- Luangkan waktu dengan memadai: Jika masakan karya anak direncanakan menjadi pencuci mulut hidangan makan siang, maka mulailah di awal hari supaya tidak tergopoh-gopoh saat memasak.
- Bersenang-senang: Bahan yang sedikit tumpah, agak berceceran saat dituang dan kurang rapi saat disajikan merupakan bagian dari si anak bereksplorasi dengan gembira.
- Perhatikan keselamatan: Pisau tajam, percikan minyak, loyang panas dan gelas ukur yang mudah pecah bukan penghalang dalam memasak. Supervisi orang tua serta panduan keselamatan saat bersama-sama memasak dapat membuat anak cermat dalam melangkah bahkan belajar mengantisipasi. Semua ini merupakan keterampilan hidup yang dapat diadaptasikan dalam berbagai konteks.
Intinya, memasak bersama anak bukanlah sekedar mengisi waktu. Dengan memasak, ayah dan bunda mengolah cinta bersama anak, mengasah logika serta keterampilan hidup, mengolah komunikasi lewat kehangatan bersama seraya mematangkan rasa percaya diri anak. Yuk, masak…
Penulis:
Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo, M.A., M.Psi., Psikolog
Program Studi Psikologi – Universitas Pembangunan Jaya