Generasi Y atau generasi milenial, sebutan yang umum diberikan pada individu kelahiran tahun 1981-2000 kini sudah mulai mendominasi tempat kerja. Generasi ini menjadi sebuah breakthrough besar dibanding generasi-generasi sebelumnya karena perbedaan karakter yang cukup signifikan akibat paparan teknologi yang cukup pesat di masa perkembangannya. Tidak hanya pada tempat kerja, namun kesenjangan generasional ini paling umum dirasakan oleh para orang tua terhadap anaknya. Kini hampir semua anak generasi milenial tidak bisa berlama-lama jauh dari smartphone-nya. Semuanya sudah serba instan. Everything is just a click away.
Hal ini tentu berdampak pada karakter yang melekat pada diri generasi milenial. Penelitian Close dan Martins (2015) menyatakan bahwa generasi milenial terbukti generasi yang paling berbeda dengan generasi sebelumnya, khususnya dalam segi nilai. Nilai yang dianut oleh generasi milenial pada umumnya adalah ambisi dan tujuan pribadi, peningkatan kepercayaan diri, kebutuhan untuk mengekspresikan opini, dan toleransi rendah terhadap kebosanan. Hal ini membuktikan alasan di balik aktifnya generasi milenial dalam media sosial. Paparan internet yang “serba ada” menyebabkan generasi milenial cenderung menyukai hal-hal yang serba instan serta menghindari hal yang rumit dan bersifat konvensional (Wiloto, 2016). Hal tersebut juga membuat generasi ini tumbuh dengan karakter terbiasa mendapatkan hal yang mereka inginkan dengan mudah. Alasan itulah yang mendasari sifat kepercayaan diri yang tinggi pada generasi milenial, bahkan cenderung sombong dibandingkan generasi sebelumnya.
Eh, tapi nggak cuma itu aja. Generasi milenial juga memiliki segudang karakter positif. Sebagai contoh, generasi milenial memiliki karakteristik kepemimpinan yang sangat baik karena sifat ambisi pribadinya yang kuat (Close & Martins, 2015). Selain itu, generasi milenial juga sangat menyukai kreativitas, sehingga inovasi yang out-of-the-box tak jarang datang dari ide generasi milenial. Sebagai contoh, inovasi ojek online yang kini sudah berkembang pesat di tanah air merupakan hasil brainstorming dari generasi milenial. Selain itu, lembaga survey Pew Research Center membuktikan bahwa generasi milenial memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini terjadi karena biaya kehidupan yang semakin tinggi dan mendesak bagi generasi milenial serta angka pendapatan yang lebih rendah dan tidak sestabil generasi sebelumnya sehingga menuntut generasi milenial untuk terus berinovasi dan bekerja keras.
Kesimpulannya, banyak hal positif yang mampu diberikan oleh generasi milenial terhadap lingkungannya apabila dikenali dan dipahami dengan baik. Sudah saatnya kita beradaptasi dengan baik antar generasi, mengingat sebentar lagi kita sudah harus siap beradaptasi dengan generasi Z (post-millennial) yang diprediksi akan lebih individual dan lebih pesat lagi perkembangannya.
Tim Penulis:
Karen Febriena Andini van den Broek, Clara Moningka, S.Psi, M.Si dan Yulius Fransisco Angkawijaya, M.Psi, Psi
Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Daftar Referensi:
Close, D., & Martins, N. (2015). Generational motivation and preference for reward and recognition. Journal of Governance and Regulations, 4(3), 259-270.
Pew Research Center. Millennials in Adulthood: Detached from Institutions, Networked with Friends. Pewsocialtrends.org. Diakses dari http://www.pewsocialtrends.org/2014/03/07/millennials-in-adulthood/
Wiloto, C. (2016, 29 Maret). Generasi y & z dan matinya “middle man”. Kompas.com. Diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/29/163334626/Generasi. Y.Z.dan.Matinya.Middle.Man.