Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta memprediksi jumlah pendatang yang tiba di Ibu Kota setelah Lebaran 2023 bisa mencapai 36-40 ribu orang. Jakarta yang sudah memiliki 10,64 juta jiwa harus siap menerima pendatang lagi. Hal ini menjadi kekhawatiran pihak Pemerintah, karena pendatang ini belum tentu memiliki tempat tinggal dan pekerjaan. Seperti kita ketahui, saat ini banyak sekali bisnis yang mengalami kemunduran. Banyak pula karyawan yang terpaksa diberhentikan. Sebenarnya apa yang membuat mereka tertarik untuk datang ke kota seperti Jakarta?
Migrasi atau perpindahan ke daerah perkotaan dapat disebabkan beberapa faktor. Faktor yang dapat menyebabkan individu tertarik bemigrasi antara lain adalah daya tarik kota. Kota besar seringkali dianggap gemerlap dan menjanjikan banyak hal. Kota besar seperti Jakarta kerap dianggap tempat yang dapat membuat mereka berhasil atau sejahtera. Saat ini, media sosial juga mendorong orang untuk bekerja di kota karena dianggap memberikan banyak kemudahan dan kemewahan. Hal ini bisa dijelaskan dengan value expectancy model, di mana individu melakukan sesuatu karena mereka berharap akan memberikan hasil. Keluaran atau hasil yang dimaksud sifatnya bisa berbeda pada tiap orang atau bersifat subjektif. Migrasi mampu mempengaruhi seorang individu baik secara sosial, budaya, finansial, politik, maupun kondisi psikologis. Harapan untuk mengubah nasib terkadang menjadi tantangan bagi imigran. Realita yang tidak sejalan justru mengakibatkan beberapa imigran mengalami rasa cemas, depresi, stres karena perubahan lokasi, perbedaan budaya dan norma, kesulitan ekonomi, serta perbedaan bahasa.
Oleh karena itu, diperlukan persiapan sebelum melakukan migrasi. Sadar dan memahami tujual awal melakukan migrasi dapat memberikan pengaruh positif dalam menentukan keputusan serta berperilaku. Di samping itu sikap open-mided dan memiliki keinginan untuk berbaur ketika melakukan migrasi merupakan suatu hal yang penting sehingga mampu beradaptasi dalam suatu kelompok sosial. Hal ini juga didukung data dari ILO (international Labour Organization) yang menjelaskan bahwa banyak orang bermigrasi karena alasan kesejahteraan atau penghidupan yang lebih baik. Kebahagiaan seorang individu setelah melakukan imigrasi ke suatu tempat terbukti memengaruhi kondisi ekonomi serta lingkungan sosial suatu kota karena produktivitas yang meningkat. Data tahun 2017 menunjukkan bahwa lebih dari 70% atau sekitar 100 juta pekerja migran ditemukan di negara-negara dengan pendapatan yang tinggi sedangkan sisanya bervariasi.
Bagaimana menyikapi perilaku migrasi ini? Pada dasarnya perilaku ini bisa saja dilakukan apabila memang sudah dipersiapkan dengan matang, seperti tempat tinggal, apakah sudah ada pekerjaan yang pasti dan juga kesiapan finansial bila memang ada hal yang tidak sesuai harapan. Jangan sampai pada akhirnya migrasi menyebabkan kemiskinan. Saat ini Pemerintah sudah khawatir menganai kemiskinan ekstrem yang terjadi akibat banyaknya individu kehilangan pekerjaan atau bahkan tidak mendapat pekerjaan. Selain itu, penting untuk mempersiapkan diri ketika melakukan migrasi. Harus ada pihak-pihak yang melakukan edukasi terhadap masyarakat yang memiliki ilusi bahwa bekerja di kota pasti membawa kesejahteraan. Bekerja di sub urban atau di desa juga bisa memberikan kita kebahagiaan. Individu juga dapat berkreasi dan bisa membangun daerahnya. Jadi pikir-pikir dulu sebelum bermigrasi.
Tim Penulis:
Clara Moningka & Annisa Windi Soewastika
Prodi Psikologi – Universitas Pembangunan Jaya
Daftar Referensi
- Butikofer, A., & Pergi, G. (2017). Cognitive and noncognitive skills and the selection and sorting of migrants. National Bureau of Economic Research Working Paper Series. https://ideas.repec.org/p/nbr/nberwo/23877.html
- Fernandez, I. T., Pereira, S. R., Aicart, J., & Salas, G. (2017). Crossing international borders in search of a better life: examining the psychological impact of the immigration experience. https://psycnet.apa.org/record/2018-19571-012
- Hendriks, M. (2018). Does migration increase happines? It depends. Migration Policy Institute. https://www.migrationpolicy.org/article/does-migration-increase-happiness-it-depends
- Huu, T. P., & Mai, H. N. T. (2021). Relationship between migration characteristics, attitude to money, financial anxious and intentions to work unlawful in foreign country: case in Vietnam. WSEAS TRANSACTIONS on ENVIRONMENT and DEVELOPMENT , Volume 17. https://doi.org/10.37394/232015.2021.17.115
- Torres, H. L., O’Conor, A., Mejia, C., Camacho, Y., & Long, A. (2011). The American dream: Racism towards Latino/ as in the U.S. and the experience of trauma symptoms. Interamerican Journal of Psychology, 45(3), 363-368. https://psycnet.apa.org/record/2013-27903-004
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional PBB, pekerja migran – didefinisikan sebagai orang yang bermigrasi dengan maksud untuk dipekerjakan – berjumlah sekitar 164 juta di seluruh dunia pada tahun 2017 dan mewakili hampir dua pertiga dari migran internasional. Hampir 70% ditemukan di negara berpenghasilan tinggi, 18,6% di negara berpenghasilan menengah ke atas, 10,1% di negara berpenghasilan menengah ke bawah, dan 3,4% di negara berpenghasilan rendah.
(EGS)
Very good info can be found on website.Blog monry